Gear Pump (Pompa Roda Gigi)

Gear pump (pompa roda gigi) adalah jenis pompa positive displacement dimana fluida akan mengalir melalui celah-celah roda gigi dengan dinding rumahnya. Disebut sebagai pompa karena fluida yang dialirkan pada umumnya berupa cairan (liquid) atau bubur (slurry). Sedangkan pompa positive displacement berarti pompa tersebut menghisap sejumlah fluida yang terjebak yang kemudian ditekan dan dipindahkan ke arah keluaran (outlet). Gear pump sering digunakan untuk aplikasi hydrolic fluid power. Namun, tidak jarang juga digunakan pada bidang kimia untuk mengalirkan fliuda pada viskositas tertentu. Terdapat dua jenis gear pump, yaitu external gear pump dan internal gear pump. Pompa ini digolongkan sebagai fixed displacement karena jumlah fluida yang dialirkan setiap putarannya selalu tetap.
External Gear Pump
Cara Kerja
Gear pump bekerja deangan cara mengalirkan fluida melalui celah-celah antara gigi dengan dinding. Kemudian fluida dikeluarkan melalui saluran outlet karena sifat paasangan roda gigi yang selalu memiliki titik kontak. Suatu pasangan roda gigi secara ideal akan selalu memiliki satu titik kontak dengan pasangannya meskipun roda gigi tersebut berputar. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh mekanisme gear pump untuk mengalirkan fluida. Dengan kata lain, secara ideal fluida tidak akan masuk melalui titik kontak pasangan roda gigi tersebut.

Jika jumlah gigi semakin sedikit maka volume fluida yang dialirkan semakin besar karena rongga antara roda gigi dengan dinding semakin besar pula. Sedangkan untuk meningkatkan flowrate dapat dilakukan juga dengan meningkatkan rpm dari roda gigi tersebut. Pompa jenis ini tidak memeerlukan katup/valve seperti pada reciprocating pump sehingga loss dapat berkurang.

Pemasangan
  1. jaga reservoir selalu berada di atas posisi gear pump karena gear pump hanya memiliki daya hisap yang rendah
  2. jangan sampai gear pump dalam keadaan kering karena biasanya fluida yang dialirkan juga dapat berfungsi sebagai pelumas.
Penggunaan
  1. mengalirkan berbagai macam oli bahan bakar maupun pelumas
  2. mengukur jumlah aditif yang dicampurkan pada bahan kimia
  3. mencampur dan mengaduk bahan kimia
  4. sistem hidrolik pada industri dan mobil
  5. aplikasi untuk low volume transfer lainnya
Keuntungan
  1. high speed
  2. high pressure
  3. tidak ada beban yang tinggi pada bearing
  4. tidak berisik jika semua bagian dimanufaktur dengan baik
  5. desain tersedia dalam berbagai macam material sesuai kebutuhan
Kerugian
  1. membutuhkan empat bushing yaitu pada ujung masing-masing poros gear
  2. no solid allowed
  3. fixed end clearance

Internal Gear Pump
Cara Kerja
Internal gear pump bekerja dengan memanfaatkan roda gigi dalam yang biasanya dihubungkan dengan penggerak dan roda gigi luar yang biasanya bertindak sebagai idler. Awalnya fluida masuk lewat
suction port antara rotor (roda gigi besar) dan idler (roda gigi kecil). Fluida kemudian masuk melalui celah-celah roda gigi. Bagian yang berbentuk seperti bulan sabit membagi fluida dan bertindak sebagai seal antara suction dan discharge port. Fluida yang membanjiri discharge port akan terus didorong oleh fluida dibelakangnya sehingga fluida terus mengalir.

Penggunaan
  1. berbagai macam oli bahan bakar dan pelumas
  2. resin dan polimer
  3. alkohol dan solvent
  4. aspal, bitumen dan tar
  5. polyurethane foam
  6. food product seperti sirup, coklat atau peanut butter
  7. cat, tinta dan pigmen
  8. sabun dan surfactant
  9. glycol
  10. fuel injection aplication

Perhitungan daya pada gear pump
Daya yang dihasilkan oleh poros (Pin) adalah

Pin = T x w
dimana : T(torsi), w(rpm)
Sebagian daya akan didisipasikan akibat adanya gesekan dan viskositas fluida yang dialirkan. Daya ini dinotasikan sebagai
Ploss.

Ploss = f(friction, viscous effects......)

Akibat adanya gap antara roda gigi dengan dinding, terdapat sebagian fluida yang meresap melewati gap tersebut. Karena itu, gap ini dibuat sangat kecil yang biasanya bernilai 0,0005 in. Gap yang kecil akan meningkatkan tekanan yang dapat dihasilkan oleh gear pump. Sedangkan jika gap terlalu besar maka pompa ini akan kehilangan kemampuannya untuk menahan perbedaan tekanan antara outler dan inlet.
Daya yang dihasilkan oleh pompa dinyatakan dalam persamaan di bawah ini :

Pout = (Dp x Q) = Pin - Ploss = T x w - Ploss

dimana : Dp(perbedaan tekanan antara outlet dan inlet), Q(flowrate)
Persamaan di atas juga dapat dinyatakan dalam bentuk efisiensi (hm) yaitu :
Pout = hm x Pin

Explosion Welding

Explosion welding (EXW) adalah salah satu proses yang berhubungan dengan pembentukan sifat material dimana pengelasan dilakukan dengan melakukan menabrakkan salahsalah satu komponen dengan komponen yang lain pada kecepatan yang sangat tinggi. Untuk mencapai kecepatan ini biasanya proses welding dilakukan dengan menambahkan bahan peledak di atas permukaan salah satu komponen yang akan dilas sehingga terjadi ikatan kimia antara kedua permukaan yang dilas. Proses ini biasanya digunakan untuk melapisi baja karbon dengan meterial lain yang tahan korosi seperti stainless steel, nikel, titanium atau zirkonium. Karena prosesnya yang alami geometri material yang dilas harus sederhana, biasanya benda kerja yang akan dilas berbentuk lembaran atau pipa.

proses explosion welding

variasi profil ikatan



Sejarah
Tidak seperti proses las yang lain seperti pengelasan busur yang sudah dikembangkan sekitar tahun 1800an, pengelasan dengan cara peledakan dikembangkan baru-baru ini pada dekade setelah terjadinya Perang Dunia II. Namun, pada masa Perang Dunia I telah diteliti bahwa terdapat serpihan granat yang menempel pada armor plate yang tidak hanya melekat tapi juga seolah-oleh dilas pada plat tersebut. Karena tingginya temperatur yang terjadi tidak menjadi peran penting dalam beberapa proses pengelasan lain (termasuk juga pengelasan jenis ini), disimpulkan bahwa fenomena yang terjadi pada serpihan granat adalah akibat adanya ledakan.
Pada tahun 1962 DuPont mematenkan metode pengelasan jenis ini dan didanai pada tahun 1964. Pada tanggal 22 Juli 1996, Dynamic Materials Corporation melengkapi temuan DuPont's Detaclad operations untuk dibeli dengan harga $5.321.800.

Penggunaan
  1. menyambung pipa
  2. pembuatan heat exchanger dan pressure vessel
  3. tube plugging
  4. penggabuangan material tipis di daerah berbahaya
  5. menggabung metal yang berbeda
  6. pemasangan fin pendingin
  7. dll

Keuntungan
  1. dapat menggabung beberapa metal, umumnya material yang sulit dilas
  2. jig/fixture yang sedikit
  3. proses yang sederhana
  4. area pengelasan yang luas
  5. ketebalan material yang dilas sangat bervariasi
  6. tidak mengubah sifat material induk
  7. bahan peledak yang digunakan sedikit

Kerugian
  1. material yang akan dilas harus memuliki daya impak dan keuletan yang cukup tinggi
  2. suara dan ledakan yang dihasilkan sehingga membutuhkan perlindungan operator, ruang vakum atau dibenamkan dalam air atau pasir
  3. getaran pada tanah
  4. keterbatasan geometri benda kerja

sumber :
http://en.wikipedia.org/wiki/Explosion_welding
http://www.metalwebnews.com/howto/explosive-welding/explosive-welding.html
http://www.pacaero.com/products/explosive-welding-metals.htm
http://www.dynamicmaterials.com/Divisions/Clad%20Metal%20Group/Explosion%20Welding%20Technology/Explosion%20Weld%20Process

Gandrung Banyuwangi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Gandrung Banyuwangi berasal dari kata "gandrung", yang berarti 'tergila-gila' atau 'cinta habis-habisan' dalam bahasa Jawa. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti ketuk tilu di Jawa Barat, tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, lengger di wilayah Banyumas dan joged bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan). Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi. Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00).

Sejarah

Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.

Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.

Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.

Tata Busana Penari

Tata busana penari Gandrung Banyuwangi khas, dan berbeda dengan tarian bagian Jawa lain. Ada pengaruh Bali (Kerajaaan Blambangan) yang tampak.

Bagian Tubuh

Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.

Bagian Kepala

Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima] yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini.

Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.

Bagian Bawah

Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya.

Lain-lain

Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang subuh.

Musik Pengiring

Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu buah kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau dua buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap pertunjukan gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain kluncing.

Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone.

Tahapan-Tahapan Pertunjukan

Pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian:

  • jejer
  • maju atau ngibing
  • seblang subuh

Jejer

Bagian ini merupakan pembuka seluruh pertunjukan gandrung. Pada bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa tamu. Para tamu yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan.

Maju

Setelah jejer selesai, maka sang penari mulai memberikan selendang-selendang untuk diberikan kepada tamu. Tamu-tamu pentinglah yang terlebih dahulu mendapat kesempatan menari bersama-sama. Biasanya para tamu terdiri dari empat orang, membentuk bujur sangkar dengan penari berada di tengah-tengah. Sang gandrung akan mendatangi para tamu yang menari dengannya satu persatu dengan gerakan-gerakan yang menggoda, dan itulah esensi dari tari gandrung, yakni tergila-gila atau hawa nafsu.

Setelah selesai, si penari akan mendatang rombongan penonton, dan meminta salah satu penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Acara ini diselang-seling antara maju dan repèn (nyanyian yang tidak ditarikan), dan berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh. Kadang-kadang pertunjukan ini menghadapi kekacauan, yang disebabkan oleh para penonton yang menunggu giliran atau mabuk, sehingga perkelahian tak terelakkan lagi.

Seblang subuh

Bagian ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan gandrung Banyuwangi. Setelah selesai melakukan maju dan beristirahat sejenak, dimulailah bagian seblang subuh. Dimulai dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan, kadang sambil membawa kipas yang dikibas-kibaskan menurut irama atau tanpa membawa kipas sama sekali sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih seperti misalnya seblang lokento. Suasana mistis terasa pada saat bagian seblang subuh ini, karena masih terhubung erat dengan ritual seblang, suatu ritual penyembuhan atau penyucian dan masih dilakukan (meski sulit dijumpai) oleh penari-penari wanita usia lanjut. Pada masa sekarang ini, bagian seblang subuh kerap dihilangkan meskipun sebenarnya bagian ini menjadi penutup satu pertunjukan pentas gandrung.

Perkembangan terakhir

Kesenian gandrung Banyuwangi masih tegar dalam menghadapi gempuran arus globalisasi, yang dipopulerkan melalui media elektronik dan media cetak. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun bahkan mulai mewajibkan setiap siswanya dari SD hingga SMA untuk mengikuti ekstrakurikuler kesenian Banyuwangi. Salah satu di antaranya diwajibkan mempelajari tari Jejer yang merupakan sempalan dari pertunjukan gandrung Banyuwangi. Itu merupakan salah satu wujud perhatian pemerintah setempat terhadap seni budaya lokal yang sebenarnya sudah mulai terdesak oleh pentas-pentas populer lain seperti dangdut dan campursari.



Sejarah perlawanan rakyat Banyuwangi

http://www.harypr.com/kajian21.php

Setelah membaca situs di atas, aku jadi kangen pada kota kelahiranku, Banyuwangi. Selain itu aku juga bangga menjadi warga Banyuwangi. Situs di atas menceritakan peristiwa "Puputan Bayu" yang mingkin cerita ini sudah tidak populer di kalangan masyarakat banyuwangi sendiri apalagi di kalangan pemuda. Diceritakan di sini bagaimana masyarakat Banyuwangi saat itu mempertahankan tanah kelahirannya dari tangan VOC. Bahkan dikatakan juga bahwa perlawanan ini merupakan perlawanan paling brutal yang dialami kompeni di pulau Jawa setelah perjanjian Giyanti. VOC sendiri telah berusaha meredam perlawanan ini namun berkali-kali gagal dan mereka juga harus merogoh kocek agak dalam untuk membiayai pertempuran ini disamping harus kehilangan banyak kehilangan serdadunya.

Pejuang-pejuang Banyuwangi yang waktu itu bertahan di daerah Bayu, Songgon tetap melakukan pertempuran dengan penjajah meski berada di bawah ancaman kelaparan karena dilumpuhkannya persediaan logistik para pemberontak Bayu. Dibakarnya gudang-gudang logistik yang ada juga menyebabkan masyarakat di Banyuwangi turun drastis sampai sekitar 8 persen dari jumlah awal sebelum penjajah datang ke tanah Blambangan. Berkurangnya masyarakat Banyuwangi tidak hanya karene gugur di medan pertempuran tetapi juga ada sebagian masyarakat yang melakukan migrasi ke luar daerah.

Untuk mengetahui betapa hebatnya peristiwa ini, silahkan baca sendiri pada situs di atas. Maklum aku agak malas nulisnya. habis panjang banget.

Maen Gedhe LoeDroek ITB "Ken Apa Ken Arok" 1 Mei 2009

Maen Gedhe adalah salah satu event yang diadakan oleh LoeDroek ITB secara rutin paling tidak 2 kali dalam setahun. Kali ini LoeDroek ITB membawakan cerita dengan judul "Ken Apa Ken Arok" yang mengisahkan perjalanan seorang prajurit biasa sampai dia menjadi raja dan menikah dengan seoragn putri.
Inti cerita ini sesungguhnya sama dengan cerita Ken Arok-Ken Dedes pada umumnya. Namun yang berbeda kali ini adalah dalam cara menyampaikannya. LoeDroek ITB mengemas cerita sedemikian rupa sehingga penonton dapat tertarik dengan cerita ini. LoeDreok menyajikan cerita ini dalam bentuk sketsa-sketsa yang lucu dan dapat dilihat pada foto di bawah bahwa penonton dapat menikmati tontonan ini.
Penonoton yang hadir dalam acara ini sungguh di luar perkiraan panitia. Dari seribu lebih tiket yang dicetak, semuanya laku terjual. Pada saat pertunjukan, penonton juga dapat memenuhi Aula Barat yang menjadi tempat berlangsungnya pertunjukan dari awal sampai pertunjukan usai.

Wajah-wajah riang penonton

Poster yang mencolok
Baligho yang dibuat dengan tangan sendiriDharma Wanita ( jangan tertipu pada wajahnya )

Penari Remo

Kru Gamelan

Kesibukan backstage

Keluarga Besar LoeDroek ITB

Pawai Budaya Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika 30 Mei 2009

Pawai ini merupakan Pawai yang diadakakan oleh salah satu LSM budaya, ANBTI.

Orang-orang LoeDroek ITB yang mengikuti pawai ini.


Laskar Mesin Perkasa